Senin, 31 Januari 2011

Fahmi, Rico, Maldini, dan Yogi: Berlatih dan Berkompetisi di Klub Leicester City, Inggris



Rico Adriyanto, Maldini Pali, Moch Fahmi Al Ayyubi, dan Yogi Rahadian

Moch Fahmi Al Ayyubi, Maldini Pali, Rico Adriyanto, dan Yogi Rahadian, terpilih melalui seleksi yang digelar Indonesia Football Academy (IFA) untuk berlatih dan berkompetisi di klub sepak bola Leicester City, Inggris. Keempat remaja itu datang ke negeri Liga Primer tidak hanya untuk berlatih, tetapi juga berkompetisi.
Fahmi, Maldini, Rico, dan Yogi akan berangkat ke Leicester pada Februari 2011 dan akan menjalani masa percobaan selama maksimal empat bulan sebelum mereka teken kontrak dengan klub Leicester City. Presiden Direktur IFA Iman Arif yakin, empat bibit muda ini bakalan direkrut ke dalam tim di Akademi Sepak Bola Leicester City.
Empat remaja ini memenuhi kualifikasi yang pantas dibanggakan. Setidaknya begitulah menurut Direktur Teknik IFA yang juga mantan pesepak bola Inggris, Kevin Kent. Fahmi yang dipasang di posisi penyerang ini disebut Kent memiliki kemampuan seperti Wayne Rooney, tentu jika keterampilannya juga diasah seperti Rooney. ”Tubuhnya tidak tinggi, tetapi kakinya berlari sangat cepat. Ia belum ada bandingannya,” ujarnya.
”Saya suka sepak bola sejak lahir,” kata Fahmi, yang berusia 15 tahun asal Pasuruan, Jawa Timur.
Sejak lahir? ”Iya. Sebagai bukti, pada usia dua tahun saya kalau melihat kertas selalu menggulung-gulungnya menjadi bola. Saya sudah bermain bola sejak usia dua tahun,” kata remaja bertinggi badan 165 sentimeter ini penuh percaya diri.
Fahmi sejak usia enam tahun sudah serius bermain bola di Sekolah Sepak Bola Naga Gempol, Kabupaten Pasuruan. Pagi bersekolah, sore bermain bola, begitu ritme hidupnya. Pada tahun 2009 ia masuk tim Jawa Timur untuk mengikuti kompetisi sepak bola Piala Menpora. Tim Jatim kalah, tetapi sosoknya yang dominan terpantau pencari bakat. Fahmi pun direkrut IFA. Kisah serupa dialami oleh Yogi, Rico, dan Maldini.
Rico yang asli Yogyakarta dan bertinggi 176 sentimeter ini adalah tipe defender yang disiplin. Ia mampu mengorganisasi diri dengan baik dan berbakat memimpin. ”Kualitasnya luar biasa. Pertahanannya rapi dan bisa mengawal tim. Ia termasuk anak yang luar biasa untuk ukuran anak lelaki Indonesia sebayanya,” papar Kent.
Maldini, yang kelahiran Makassar, bagus untuk posisi gelandang. Kent mengawasinya sejak Juli 2010 dan melihat kelebihan Maldini adalah serangannya yang cepat. ”Tidak ada keraguan, ia bisa main bagus di Leicester,” ujar Kent.
Adapun Yogi, kelahiran Palembang, yang dijuluki ”Smiling Boy” lantaran tidak pernah berhenti tersenyum saat merumput ini, memiliki umpan yang akurat. Kent menggambarkan Yogi ini serupa Nani, pemain tengah Manchester United yang pandai menerobos pertahanan lawan. ”Ia bisa menembak dari jarak jauh dengan akurat. Ia juga memiliki perilaku yang baik. Ia selalu mau belajar kesalahan dan berjanji akan lebih baik,” ujar Kent.
Mencetak embrio
IFA telah menandatangani kerja sama dengan Leicester City sejak akhir tahun 2010. Rembukan petinggi dua akademi sepak bola ini menyepakati, empat remaja terbaik akan berlatih dan merumput di Leicester City. Iman Arif menjelaskan, gagasan dasar IFA adalah mendapatkan embrio yang potensial untuk diwadahi ke dalam lembaga yang profesional, tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah akademi.
”Kami juga ingin mengembangkan kompetisi. Bukannya selama ini tidak ada kompetisi, tetapi perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya,” kata Iman.
Selama enam bulan pembinaan para embrio itu di IFA terjadilah dinamika, yakni kerja sama dengan Leicester City, yang memiliki akademi selevel dengan Aston Villa, Tottenham Hotspur, dan Birmingham. Kerja sama ini sangat membanggakan.
”Saya sudah bicara dengan John (Direktur Akademi Leicester), empat anak ini akan bermain dalam liga di sana. Setelah kompetisi berakhir hingga akhir Mei akan ada evaluasi, apakah empat anak ini kompeten masuk menjadi anggota tim di akademi,” papar Iman.
Fahmi, Rico, Maldini, dan Yogi harus mampu membuktikan kemampuan dirinya selama empat bulan. Tidak hanya keterampilan individu, tetapi juga penyesuaian diri dengan iklim di Eropa dan komunikasi dengan masyarakat. ”Kalau bisa masuk ke tim pertama di akademi, itu luar biasa,” ucap Iman.
Jika Fahmi, Rico, Maldini, dan Yogi gagal? ”Kerja sama dengan Leicester City tetap berjalan, tetapi anak-anak ini kami ganti dengan yang lain,” sahut Iman, lantas kembali meyakinkan bahwa empat remaja ini adalah hasil seleksi terbaik.
Bagaimana rasanya berlatih dan berkompetisi di Inggris? Pertanyaan klise yang pasti sudah diketahui jawabannya, ”Sangat senang sekali, tidak menyangka,” sahut keempat remaja ini.
Dari Pasuruan menuju Leicester harus pintar bahasa Inggris, ya? ”Saya ngomong bahasa Indonesia saja kecampur Jawa, ha-ha-ha,” ujar Fahmi.
Sumber: Kompas

0 komentar:

Posting Komentar